Pernahkah kamu merasakan kehilangan yang amat sangat dalam?
Rasanya seperti dihempaskan ke dalam sebuah jurang yang curam dan gelap.
Sendirian.
Tanpa teman.
Begitulah yang aku alami saat ini.
Gigil seluruh tubuh saat jika kehilangan itu mencuat dari palung hati.
Bahkan kadang hingga jerit kehilangan itu tak bisa didengar oleh siapapun, meski oleh diriku sendiri.
Terlalu dalam.
Namaku Rabia.
Aku hanya perempuan biasa yang teramat biasa.
Aku mengakrabi kekalahan seperti aku mencandai waktu.
Sejak kecil aku terbiasa dikalahkan dan bahkan sengaja sering mengalahkan diriku untuk kepentingan orang lain.
Sempat aku berfikir tentang apakah aku diciptakan untuk menjadi martir bagi banyak orang.
Tapi keterbatasan-keterbatasan membuatku merelakan waktu mengubur pertanyaan itu di bawah kakiku.
Sungguh aku perempuan normal.
Maka ketika dengan sadar kujatuhkan rasa cintaku pada seorang laki-laki bernama *** aku tak bersuara.
Dia adalah teman chatting-ku.. Mungkin karena selalu berbagi kisah bersama itulah, kami menjadi akrab.
Tapi kami tidak pernah bicara cinta.
Sedikitpun tidak.
Aku hanya bisa menyurukkan mukaku ke dalam cangkang hatiku jika hatiku mulai rusak.
Satu kali dalam hidupku, aku jatuh hati pada seorang laki-laki.
Inilah diriku.
Dan kalian hanya akan mengenalku melalui kata-kata yang terinspirasi dari hidupku.